Hallo semuanya, apa kabar?
It's been a while since the last time I greeted you through my writing.
2020 is surely a tough year, isn't it?
Tulisan ini sudah kudoakan berbulan-bulan, draft-nya kupersiapkan entah sejak kapan, tapi akhirnya tetap saja aku menulis lagi dari awal. Mungkin ini salah satu obstacle kalau suatu saat aku berpikir untuk menuliskan sebuah buku. Bagaimana mungkin berharap bisa menyelesaikan sebuah buku yang matang dalam satu kali duduk? Hampir mustahil. Never mind, semakin aku banyak membaca, semakin aku sadar bahwa hal itu mungkin tidak akan pernah terjadi. Hahaha.
Ngomong-ngomong, sepanjang 2020 aku sebenarnya beberapa kali membuat draft tulisan, tapi hampir tidak ada yang jadi kupublikasikan disini. Setiap hari, hampir setiap hari aku menulis, tapi aku menyimpannya untuk diriku sendiri. Berpikir, merenung, apakah ini pantas untuk dipublikasikan? Apakah hal ini bisa dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan?
1. Covid
Pernah suatu kali, aku menulis tentang covid. Mencoba mengajak pembaca untuk bisa berdamai dengan keadaan ini, mencoba meng-encourage orang lain untuk bisa melihat blessings in diguise yang Tuhan berikan melalui keadaan ini. Sampai kemudian aku sadar bahwa aku sama sekali tidak pantas melakukannya. Apalah yang kualami, apalah dampak yang kurasakan sehingga aku bisa mengatakannya. Sulit rasanya untuk menuliskan sesuatu tanpa pernah mencicipi berada di posisi mereka. Harus beradaptasi dengan cara belajar yang baru, diberhentikan dari pekerjaan, kehilangan anggota keluarga, bisnis yang bangkrut, aku benar-benar tidak bisa relate dengan keadaan ini, aku sulit berempati dengan keadaan ini karena aku tidak pernah ada di posisi yang benar-benar terjepit atau hilang pengharapan karena covid.
Tuhan menganugerahiku sebuah pekerjaan di tempat yang cukup settled, sehingga ketika banyak orang harus memangkas jumlah pegawai mereka, kantor kami bisa tetap aktif merekrut pegawai baru. Bisnis perusahaan berjalan dengan lancar (kudengar bahkan lebih baik), gaji dan bonus kami dibayarkan dengan baik, dan aku diberi kesempatan untuk naik grade. Tuhan berbelas kasih kepada keluargaku dan orang-orang terdekatku dengan kesehatan yang baik. Rasanya tidak banyak perubahan yang terjadi, kecuali kenyataan bahwa aku tidak bisa jalan-jalan kemanapun di 2020.
Maka aku berdoa kepada Tuhan, memohon kiranya Tuhan menambahkan kasih dan empati di dalam hatiku, supaya sekalipun aku tidak mengalami dampak yang mengerikan, aku bisa berwelas asih kepada mereka yang harus mengalaminya. Tuhan baik dan memberikannya. Ngomong-ngomong, aku jadi teringat khotbah di gereja hari ini. Segala hal yang kita bisa mengerti, pahami, rasakan, semua itu bisa terjadi kalau Tuhan berkenan meneteskan anugerah-Nya kepada kita. Tugas kita adalah membuka diri seluas-luasnya, menjadi wadah tempat tetesan anugerah Tuhan tersebut akan ditampung. Jadi, kasih dan empati kepada sesama itu pun bisa kita rasakan jika dan hanya jika Tuhan menganugerahi kita perasaan itu.
2. Pekerjaan
Masih terkait dengan pekerjaan, 2020 adalah salah satu tahun yang tidak mudah untukku. Tahun ini adalah tahun debutku sebagai project manager. Rasanya tidak mudah karena di sisi lain aku tetap punya tugas developer. Jadi developer itu jauh lebih menyenangkan, sebenarnya. Tidak perlu terlibat diskusi yang panjang dan melelahkan, cukup mengerjakan sesuai arahan. Ya, sesekali bolehlah memberikan saran, tapi biasanya lebih kepada hal-hal yang bersifat technical, tidak harus berkutat dengan huru-hara ketika meeting dengan user (client). Kalau project manager, pekerjaannya lebih mirip seperti middleman, harus bisa jadi komunikator yang baik antara tim IT dan tim business/user/client. Selanjutnya aku akan pakai kata user saja, karena demikian kami biasanya menyebutnya. Jadi, seorang project manager harus bisa berpikir dari sudut pandang kedua belah pihak, baik dari sisi IT ataupun dari sisi user. Harus bisa "mengedukasi" user untuk bisa melihat dari sudut pandang IT, begitu juga sebaliknya. Mengapa ini penting? Karena terkadang, hal-hal yang terlihat mudah dari sisi user, bisa merupakan sesuatu yang bersifat challenging untuk IT.
Melalui pengalaman ini, aku banyak belajar, terutama bagaimana caranya memberikan win-win solution. Kenapa ini penting, ya karena kita harus berpikir jauh ke depan, tentunya. Jika kali ini kita bisa memberikan impresi yang baik kepada user, mereka puas dengan pekerjaan kita, tentu mereka akan meminta kerjasama lebih lanjut untuk projek-projek lain ke depannya. Di sisi lain, kita juga tetap harus menjalin hubungan baik dengan developer yang bekerja di projek kita, karena kalau tidak, bisa berabe ke depannya. Kalau dia tidak mau lagi bergabung dalam tim yang sama dengan kita, wah bahaya sekali.
Hal lain yang kupelajari adalah soal profesionalisme. Awalnya aku syok karena setiap kali meeting, orang-orang berbicara seperti sedang bertengkar. Aku si manusia yang sangat tidak tahan dengan suara keras ini, sering sekali kelelahan dengan cara mereka berdiskusi. Tapi lucunya, selesai meeting mereka tertawa bersama seolah-olah perdebatan sengit tadi tidak pernah terjadi. Mereka bahkan sempat menertawakanku karena ketika meeting hampir usai (saat itu aku sedang screen sharing), ada pesan Teams yang masuk dari temanku mengatakan, "May, kami mau pesan McFlurry, Maya mau nggak?" Begitu keluar dari meeting room, user-nya berkata kepada temanku, "Saya juga mau ya." Hahaha.
"Wah, keren. Profesional sekali orang-orang ini", pikirku waktu itu. Beda jauh denganku si anak bau kencur yang masih sering baper, menangis. Tahun 2020 lumayan berat sih, soalnya se-stres apapun aku di kantor, tidak ada jalan untuk melakukan short escape. Biasanya aku bisa pergi liburan, entah seminggu atau dua minggu dalam setahun, sekedar melepas penat dan re-charge energy. Lah sekarang? Boro-boro liburan ke luar kota, ke mall aja harus hati-hati.
Akhirnya, aku kelelahan dan burnt out. Sangkin lelahnya, aku terkena work slump selama beberapa waktu. Stres, ingin menangis, tapi nggak bisa. Tahu kan rasanya?
Lalu sekitar bulan Juni, aku berubah. Balik ke Maya versi beberapa tahun yang lalu, si plegma akut. Aku nggak lagi menangis kalau stres. Bedanya, badanku yang jadi stres. Sering pegal-pegal, kadang dada terasa sesak sampai aku harus berhenti minum kopi beberapa bulan. Hampir setiap hari tekanan darahku diukur oleh Adikku yang kuliah di bidang kesehatan dan hasilnya selalu rendah, sulit sekali beranjak dari angka 80/60. Daripada aku stres karena parno sendiri, aku nggak mau di-tensi lagi. Aku belajar menjalani hari-hariku dengan lebih baik, menghadapi tantangan yang harus kuhadapi, dan menarik diri dari social life. Kalau kata Yuni, "Kak Maya sibuk self-love sekarang." Padahal bukan, memang tidak ada energi saja untuk berinteraksi dengan banyak orang. Jadi mulai Juni sampai akhir November atau awal Desember, aku nggak main WhatsApp. Aku cek berkala pas weekend aja. Jadi kadang kalau orang kirim pesan hari Selasa, aku balasnya Jumat malam atau bahkan hari Minggu. Hehe. Sampai sekarang masih gitu sih, jadi maklum aja kalau kadang aku late response ya. Bukannya apa-apa, energiku sedikit, jadi benar-benar harus dialokasikan dengan bijaksana. Tapi ada kasus-kasus khusus kok, misalnya kalau ada yang mengajak sharing untuk berbagi hidup, aku pasti akan tetap sediakan waktu. Itu pasti.
Oh ya, aku berterima kasih kepada Tuhan untuk kak Devi. Sekalipun aku sulit untuk meluangkan waktu untuk berbincang dengan orang lain, di 2020 Tuhan memberi kak Devi untuk menjadi pendengarku akan banyak sekali hal. Terima kasih kak :)
Dan juga untuk Ko Simon, si kesuma budi dalam ulah dan olah. Terima kasih untuk alismu yang rendah, senyummu yang cerah serta matamu yang berbicara dan selalu berhasil menghibur tiap kali aku merasa lelah saat bekerja. Btw kata Yuni kamu ganteng banget :) Tapi Nisa bilang kamu nggak ganteng, kamu cantik. Haha :pxoxo
Bahagianya, semua challenge ini berbuah manis. Tuhan menganugerahiku dengan rekan-rekan kerja yang baik dan selalu mendukungku. Atasanku juga sangat suportif dan mendidikku dengan baik supaya aku bisa bertumbuh ke arah yang lebih baik dan matang. Dan hasilnya, di evaluasi tahunan akhir tahun lalu, aku mendapatkan nilai yang sangat baik, terbaik selama 4 tahun aku bekerja. Sekilas pembicaraan dengan bosku sewaktu one to one session:
"I see that you are quite aggressive, even though you don't really show it."
*silent mode, a bit scared of the comment*
"..and I like it. You know what is your direction, what is your goal, and you know how to achieve it. Keep up the good work."
Legaaaa.
Ini komentar yang paling aku sukai ketika kami sudah selesai one to one session:
Aku paling suka kata ini; grow.
3. Fangirling
Waktu kuliah aku pernah punya motto, "Jangan sampai karena study, fangirling tercecer." Oleh karena itu, sekalipun aku sibuk skripsian, aku tetap punya waktu nonton drama. Tapi tahun 2020 memang sangat menyibukkan, jadi bahkan hal sepenting nonton drama pun bisa berhenti kulakukan untuk sementara waktu. Bayangkan, aku baru menonton Itaewon Class minggu lalu, padahal drama itu sudah tayang sejak Februari 2020, kalau tidak salah.
Ngomong-ngomong, setelah belasan tahun menonton drama Korea, aku mulai bosan dan kesulitan menemukan drama yang sesuai dengan seleraku sekarang (walau aku sebenarnya juga masih mencaritahu seleraku itu yang bagaimana).
Aku mulai menarik pola ini lebih jauh.
Aku tidak lagi ingat kapan terakhir kali aku minum Cimory atau Ultra milk Taro, mungkin bahkan tidak meminumnya sama sekali di sepanjang tahun. Dua atau tiga tahun yang lalu, aku meminumnya setidaknya 5 kali dalam seminggu. Lalu aku mulai berpikir lebih jauh, "Mengapa aku tidak pernah bosan minum air putih?"
Mungkinkah karena air putih adalah ciptaan Allah, pemberian langsung dari Allah makanya aku tidak pernah merasa bosan?
Lalu jika konsep yang sama diaplikasikan kepada urusan teman hidup, bolehkah aku bertanya jika dia benar "pemberian Tuhan" maka mengapa kebosanan terus-menerus menerpa hubungan kalian?
Oke, jangan berpikir terlalu jauh, tapi bolehlah kamu pikirkan juga. Hahaha.
Oh ya, aku juga jatuh cinta sekali dengan lagu Gaho-Beginning. Gimana ya mengatakannya, kalau mendengar lagu itu aku bawaannya mewek, mata berkaca-kaca. Seakan-akan lagunya mau mengatakan, "Selama bumi masih berputar, jantung masih berdetak, selalu ada kesempatan untuk bangkit dan memulai sesuatu yang baru lagi. Semangat Maya!"
Dan aku jadi teringat, kalau bisa sih, tahun 2021 ini aku sanggup untuk subscribe Netflix legal. Kalau bisa. Kalau tidak juga tidak masalah. Hehe.
4. Memasak
Aku juga belajar beberapa menu masakan tahun ini. Bukan karena covid, bukan. Bukan karena ingin memenangkan hati seseorang juga. Aku ingin melakukannya untuk upgrade skill aja. Seperti yang kusampaikan di atas, aku paling suka kata grow. Meng-upgrade skill untuk membuat orang lain impresif itu terlalu berisiko. Tapi lagi-lagi, itu cuma bertahan beberapa waktu, soalnya aku terlalu lelah di pekerjaan, jadi kalau weekend aku lebih memilih tidur lebih lama daripada harus pergi ke pasar berbelanja. Hehe.
Lagipula setelah kupikir-pikir, biarlah mereka yang diberi Tuhan karunia memasak itu yang memasak. Ya, aku bisanya ngoding, biarlah aku ngoding. Mereka bisanya memasak, aku bisanya menikmati. Hehe. Aku menghasilkan uang dengan ngoding, mereka menghasilkan uang dengan menjual masakannya untukku. Kan saling melengkapi toh? Aku tidak ingin memaksakan diri melakukan sesuatu yang belum kusukai, dan aku belum suka memasak. Sesederhana itu kok. Tapi aku suka dimasakin :)
Aku sadar kalau aku nggak enjoy masak. Maksudnya, aku nggak ingin melakukan itu terus dan terus. Kalau aku stres, aku nggak akan menjadikan memasak sebagai "a way to escape or to release the stress". Ya pikirku itu bukan masalah toh? Seperti banyak perempuan pada umumnya tidak enjoy membaca, letak perbedaannya dimana? Aku rasa patriarki terlalu menusuk ke daging kita sampai kita sulit memberikan apresiasi yang sama kepada perempuan yang senang berdiri di dapur dengan duduk di depan meja belajar. What's wrong with us?
"Tapi semua laki-laki maunya punya istri yang sering masakin dia."
Hahaha.
Duh Akang, ya sama toh, saya juga maunya punya suami yang sering masakin saya. Bangun pagi karena aroma sedap yang berasal dari dapur, berjalan menuju dapur, melihat suami menyadari keberadaan saya lalu berbalik dan tersenyum sembari berjalan mendekat dan memberi ciuman di kening dengan sepenggal kalimat pengiring, "Mandi dulu, selesai itu kita sarapan ya. Nanti aku anterin kamu ke kantor."
Emang ada laki-laki yang begitu, May?
Ya ada loo, banyak malah :)
PKK-ku yang jago masak aja kalau lagi hectic sering dimasakin sama calon suaminya, dibuatin bekal buat di kantor juga. Jadi ya, buat laki-laki jangan egois. Bukan kamu aja yang ingin punya pasangan yang bisa masak, kami perempuan juga ingin kok. Bukan kamu aja yang ingin punya pasangan yang bisa mengerjakan pekerjaan rumah tangga, kami perempuan juga ingin kok.
5. Mimpi
Seperti tahun-tahun sebelumnya, aku masih juga banyak memimpikan orang lain di tahun 2020. Kata kak Winda, "Ngeri ya yang berkarunia mimpi ini." Kujawab, "Bukan karunia namanya kalau nggak membangun jemaat." Dulunya aku orang yang sangat percaya bahwa Tuhan bisa memakai mimpi sebagai cara-Nya menyatakan sesuatu, dan ini valid sebab Alkitab juga berkata demikian. Sekarang juga masih percaya sih, hanya aku belajar untuk menyerahkan semuanya kepada Allah. Pada waktunya Tuhan, Tuhan akan nyatakan sendiri kok. Kalau memimpikan seseorang, dan kira-kira mimpinya buruk, ya doakan. Tuhan memegang kendali atas segala sesuatu.
6. Mengamati
Aku baru tahu tahun ini, ternyata penggunaan bra yang berlebihan itu justru menurunkan fungsi otot pada payudara untuk menopang, lhoo. Padahal dulu waktu remaja, teman-teman di sekolah sering sekali mengatakan, "Ikh harus pakai BH, nanti itunya kendor." Nyatanya, secara medis nggak begitu. Terlalu sering memakai bra justru membuat otot pada payudara tidak terlatih untuk menopang dirinya sendiri, dan itulah penyebab kekendoran yang sesungguhnya.
Oh ya, tahun 2020 juga aku melihat banyak sekali kejadian yang cukup disayangkan. Temanku yang telah berpacaran sejak kami lulus SMA tiba-tiba berpisah dan menikah dengan orang lain. Padahal aku masih ingat betul kalimat-kalimat romantis yang mereka lontarkan untuk satu sama lain, aku suka. Tidak jauh berbeda, temanku yang lain yang telah berpacaran selama 10 tahun tiba-tiba berpisah tepat sebelum mereka mulai mempersiapkan pernikahan. Hmm, memang masa depan tidak ada yang tahu ya. Durasi benar-benar tidak bisa menjadi jaminan atas apapun.
Di sisi lain, banyak sekali orang yang menikah di tahun ini. Aku salut dengan mereka, punya nyali sebesar itu. Pernikahan hanya untuk orang-orang yang cukup berani, aku tidak punya keberanian itu.
Salah satu yang mengejutkanku adalah pernikahan Adipati. Hahaha.
Yasudahlah. Semoga mereka semua, yang menikah dan yang ditinggal nikah, berbahagia.
7. Si Kecil yang Merasa Kecil
Sebagai orang yang dianugerahi Tuhan dengan kasih yang melimpah, aku tumbuh menjadi seorang perempuan yang percaya diri. Karena itu, aku sulit relate dengan insecurity. Aku sulit "merasa kecil", karena sekalipun banyak hal yang tidak bisa kulakukan dengan cakap (memasak misalnya) aku percaya Tuhan memberikan potensi yang besar dan unik dalam diri setiap orang. Oleh karena itu, aku merasa, sepertinya perlu deh sesekali mencoba merasakan hal ini. Ya supaya bisa bertumbuh, jangan-jangan aku cuma katak dalam tempurung saja.
Akhirnya masuklah aku ke dalam sebuah "kelompok" dimana aku merasa kecil dan tidak ada apa-apanya. Tempat dimana aku sulit mendapatkan perhatian atau lampu sorot. Never mind, it's needed to challenge myself. I like it. Aku rasa semua orang butuh ini, tempat dimana dia merasa dirinya kecil dan bukan siapa-siapa. Semua orang yang dibesarkan dengan privilege berbicara, didengarkan, dimintai pendapat, disenangi, diperhatikan, dianggap kompeten, biasanya akan sulit merasa kecil, rendah hati, ataupun takjub akan sesuatu, bahkan rentan sombong. Ini berbahaya, oleh karena itu kita harus melatih diri kita dengan cara yang tepat. Tepat = sesuai kehendak Allah.
8. Doa yang Dijawab
Ini salah satu hal yang paling membuatku bahagia di tahun 2020. Jadi, ada sebuah hal yang sudah kurindukan sejak akhir tahun 2019. Kudoakan berulangkali, dan akhirnya di penghujung 2020 Tuhan menjawab doaku dan mengabulkannya. Terima kasih, Bapa yang baik, Tuhan atas langit dan bumi.
9. Membaca
Di tahun 2020, aku membuat target membaca sebanyak 50 buku. Nah dari 50 buku itu, aku hanya bisa menyelesaikan 46 di antaranya. Lumayanlah, mengingat 2020 adalah tahun tersibuk selama aku bekerja, ini benar-benar anugerah yang luar biasa dari Tuhan. Sisanya, ada sekitar 4 atau 5 buku lagi yang kubaca tapi belum kuselesaikan, mungkin tidak akan pernah, biasanya karena memang isinya kurang menarik menurutku. Aku sih tidak terlalu kekeuh dalam hal ini, baca buku harus sampai selesai. Ya kalau memang tidak ada nilai-nilai yang bisa menggugah hatiku ketika membacanya, tinggalkan. Mending waktunya dipakai untuk baca buku yang lain. Ini prinsip pribadi sih, ada juga orang yang merasa harus menyelesaikan apa yang sudah dia mulai. Ya nggak masalah juga, namanya prinsip.
Bagaimana perasaanku terkait target bacaan yang tidak tercapai? Ya biasa saja. Haha.
Aku mah bukan orang yang target oriented, aku lebih mementingkan kenikmatan dalam menjalani prosesnya. Jadi kalau tidak tercapai, ya bodo amat. Oh wait, lain hal kalau urusan pekerjaan. Tentu target harus tercapai, apa gunanya deadline. Hehe.
Jadi jika bisa kusimpulkan, pengkategorian apakah aku akan kecewa atau biasa saja jika sebuah targetku tidak tercapai terletak pada apakah hal ini mempengaruhi orang lain atau tidak. Kalau target bacaan tahunanku tidak tercapai, memangnya siapa yang dirugikan? Ya paling cuma aku. Jadi tidak ada alasan yang cukup bagiku merasa kesal akan hal itu. Tapi kalau urusan pekerjaan, ya tentu akan berdampak kepada orang lain toh, wajar kalau sekiranya aku merasa kecewa jika tidak menyelesaikannya dengan baik dan sesuai ekspektasi.
10. Berbelanja dengan Bapak
2020 adalah kali pertama aku membelikan Bapak sepatu. Kami pergi berdua ke mall dan aku menemani Bapak memilih dari satu rak menuju rak lain sambil bergandengan tangan, sampai pilihannya jatuh ke sebuah sepatu yang menurutku memang cantik sekali (Yaampun seleramu Pak..)
Aku terharu sekali setelah kami selesai membeli sepatu itu. Bukan hanya karena Bapak terlihat bahagia dengan sepatu pemberian anak gadisnya, tapi juga terharu karena melihat sisa saldo rekeningku. Hahaha. Tapi aku senang, senang sekali :)
11. Berjalan bersama Bapa
Satu hal yang paling penting bagiku tahun ini adalah ketika Tuhan menaruhkan pemahaman yang baru tentang komitmen di hatiku.
Mungkin teman-teman yang sudah membaca tulisanku bertahun-tahun tahu, betapa seringnya dulu aku menekankan "rasa cinta kepada Tuhan" dalam banyak tulisanku. Seseorang bahkan pernah berkata dia semakin yakin untuk menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat ya ketika aku bercerita tentang "cinta" itu. Lalu sekarang, seiring dengan bertambahnya usia dan mendewasanya aku, Tuhan ajarkan hal yang lebih penting lagi dalam relasi manusia dan Tuhan; komitmen.
Apalah arti cinta tanpa sebuah komitmen?
Sebagai seorang perempuan dewasa, aku tentu perlu mengerti betul akan hal ini. Apa gunanya seorang laki-laki yang beribu kali berujar cinta namun tidak menunjukkan komitmen kepada perempuan yang dicintainya? Malang sekali rasanya jika ada seorang laki-laki yang mengaku sangat mencintaiku tapi kemudian masih dengan mudahnya tebar pesona dengan perempuan lain di luar sana, atau mengaku cinta, ingin menikah, tapi tak kunjung menunjukkan tanda-tanda?
Pantas saja dan indah sekali memang ketika Tuhan menggambarkan relasi-Nya dengan umat-Nya seperti sebuah pernikahan. Seiring dengan berjalannya waktu, pernikahan mungkin tidak lagi menghadirkan cinta yang memberi kesan bergelora dan menggairahkan, tetapi aku percaya komitmen akan menjaga hubungan itu tetap bertumbuh sehat sebagaimana seharusnya. Dan kupikir, itu yang Tuhan inginkan dariku perihal relasiku dengan-Nya.
Komitmen untuk mengasihi dan setia mengikut Dia seumur hidup, berjalan kemana Dia meminta dan bertumbuh ke arah dari mana sinar-Nya datang.
Tuhan benar-benar baik.
2021 Prayers
Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
-1 Yohanes 2:16-17 (TB)
Terima kasih Bapa, Yesus, dan Roh Kudus untuk segalanya.